sergapntt.com, KUPANG – 10 tahun sudah Theofilus Selan (54 tahun) berjalan keliling Kota Kupang menjual kerajinan tangan asal daerahnya, yakni Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Warga Desa Saenam, Kecamatan Nunukolo, TTS ini mengaku, tak tentu hasil yang ia dapatkan setiap hari. “Tergantung yang beli pak,” ujar Selan kepada sergapntt.com di tengah kesibukannya menjual dagangannya di belakang Kantor DPRD NTT, Rabu (17/12/14).
Dari setiap item barang yang ia jual, Selan mengaku, ia hanya mendapat untung Rp5 ribu sampai Rp10 ribu. “Jika tidak ada yang beli, ya tidak bisa makan pak,” katanya.
Toh begitu, hasil yang ia dapat selama ini telah mampu memenuhi kehidupan keluarganya, termasuk menyekolahkan ketujuh anaknya. “Kalau dibilang kurang, ya kurang. Ya mau bagaimana lagi pak. Begini sudah hidup saya,” imbuhnya.
Kerajinan tangan dijualnya selamaa ini antara lain Sobe (Topi yang biasa dipakai penari adat TTS), Dompet, Oko Mama (tempat sirih pinang) perempuan, Oko Mama laki-laki, Tas dan kain adat asli TTS.
Menurut Selan, kerajinan yang dihiasi muti (manik-manik) itu dibuat oleh kelompok kerajinan tangan “Tunetuen” di Desa Saenam. Anggota kelompoknya terdiri dari 25 ibu-ibu dan 25 laki-laki.
“Ibu-ibu yang buat ini semua. Kami (laki-laki) yang menjualnya,” papar Selan sembari menambahkan, usaha mereka belum dirilik oleh pemerintah setempat sebagai sebuah usaha yang dapat membangkitkan ekonomi rakyat. Itu sebabnya, hingga kini kelompok “Tunetuan” belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah.